Kata Pengantar
Al-Quran adalah pedoman yang wajib diikuti oleh semua umat
muslim di manapun dia berada. Al-Quran adalah sumber hukum bagi orang Islam dalam
menjalani setiap amal ibadahnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena dari
Al-Quranlah kita dapat memahami apa saja yang diperintahkan Allah untuk
dikerjakan dan apa saja yang Allah larang kepada kita untuk dilakukan. Al-Quran
juga adalah sebuah bukti keagungan Allah, dengan mukjizat yang Dia turunkan ini
maka kita menyadari bahwa sebenarnya tidak mungkin Nabi Muhammad yang
membuatnya, karena di dalamnya terdapat hal – hal ghaib dan wawasan yang luar
biasa luas yang tidak mungkin seorang dapat mengetahuinya dengan sendirinya.
Bila seorang muslim mengikuti ajaran agamanya yang ada dalam
Al-Quran, maka niscaya ia akan mendapatkan kebahagiaan di dunia juga di
akhirat. Semua yang terkandung dalam Al-Quran adalah kebaikan dan kebenaran,
maka seorang muslim dalam melaksanakan semua aktivitas – aktivitasnya seharusnya
menjadikan Al-Quran sebagai landasan baginya untuk beramal dan beraktivitas.
Dan orang yang paling mengikuti Al-Quran dalam kegiatan dan, aktivitas, dan
amalannya adalah Nabi Muhammad. Hal ini dijelaskan oleh Aisyah istri Rasulullah
bahwasanya
Akhlak Nabi Muhammad adalah Al-Quran, yang artinya bahwa
setiap tindakan dan aktivitas yang dilakukan oleh Rasulullah semuanya
berlandaskan Al-Quranul Karim. Maka sudah seharusnya bagi kita, ummat Nabi
Muhammad agar mengikuti tuntunan Nabi kita yaitu Nabi Muhammad dengan cara
mengamalkan apa yang ada di Al-Quran, atau setidaknya kita berusaha untuk
mengamalkannya. Akan tetapi bila kita termasuk orang yang hanya membaca
Al-Quran saja, maka kita pun sudah mendapatkan pahala dari bacaan kita, apalagi
jika kita dapat mengamalkan yang ada di dalam Al-Quran, yang notabene tidak
semua dari kita dapat melakukannya.
Al-Qur’an merupakan ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah
kepada manusia agar manusia mengerti dan tahu terutama tentang alam sekitaranya
yang pada waktu itu manusia masih memilki pengetahuan yang minim tentang alam
semesta. Pada zaman Nabi dan para sahabat, banyak hal-hal yang masih bersifat
misteri tantang ayat-ayat yang diturunkan Allah. Setelah ilmu pengetahuan
berkembang, banyak ayat-ayat Al-Quran terbukti berjalan seiringan dengan ilmu
pengetahuan. Saat manusia masih buta tentang alamnya, Al-Qur’an datang dengan
membawa perubahan.
Bab I. Surah Al-Baqarah Tentang Penciptaan Langit
Salah satu bukti bahwa Al-Quran adalah mukjizat yang agung
adalah, dalam Al-Quran kita dapat mendapati fenomena – fenomena keilmuan yang
mana fenomena-fenomena tersebut baru dapat diketahui dan dianalisa pada zaman
modern ini. Salah satu contoh adalah keajaiban dalam bidang astonomi. Banyak
ayat dalam Al-Quran yang menyatakan tentang penciptaan alam semsta, diantaranya
adalah firman Allah yang berbunyi :
” Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu[1]”
Dalam ayat ini dikatakan bahwa Allah sendiri yang
menciptakan langit dan bumi, karena kata dhamir yang digunakan dalam
ayat ini adalah huwa yang artinya dia seseorang. Maka dalam ayat ini
kita dapat melihat kebesaran Allah dalam menciptakan bumi dan langit, yang Dia
lakukan sendiri tanpa bantuan dari siapapun, karena Allah Maha Kuat dan Maha
Agung. Allah juga Maha Mengetahui, maka ilmu pengetahuan Allah meliputi
segalanya, termasuk ilmu tentang penciptaan alam semesta. Pengertian ini sama
dengan yang terkandung dalam ayat lainnya:
”Apakah
Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kalian lahirkan dan yang
kalian sembunyikan) ?”[2]
Pengertian
ini juga sama dalam ayat yang lainnya:
“Katakanlah:
Sesungguhnya patutkah kalian kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa
dan kalian adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat ) demikian itulah
Tuhan semesta alam. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni) nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit, dan
langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada
bumi,’datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan suka hati atau
terpaksa’. Keduanya menjawab,’Kami datang dengan suka hati’. Maka Dia
menjadikan tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharany dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”[3]
Ayat
di atas menjelaskan bahwa Allah menciptakan bumi dan langit dengan tahapan-tahapan
dan fungsinya masing-masing.
Kembali kepada penjelasan surat al-Baqarah ayat 29, yaitu
ketika sahabat Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan beberapa sahabat lainnya menafsirkan
tentang ayat ini berkata,” Pada mulanya Allah menjadikan air dan metakkan
‘Arasy di atasnya, kemudian ketika akan menjadikan makhluk, Dia mengeluarkan
uap air dikeringkan dan Dia menjadikannya tanah, kemudian membelahnya menjadi
tujuh petaka dalam dua hari: Ahad dan Senin. Lalu meletakkan bumi di atas ikan
yang tersebut dalam ayat 1 surat al-Qalam. Ikan besar (nun) berada di
dalam air. Ar berada di atas permukaan batu, sedangkan batu berada di atas
panggung malikat. Malaikat berada di atas batu besar dan batu besar berada di
atas angin. Batu besar inilah yang disebut Luqman bahwa ia bukan berada di
langit, bukan pula di bumi. Kemudian ikan besar itu bergerak, maka goncanglah
bumi, lalu Allah memasang pasak yang berupa gunung-gunung, sehingga bumi
menjadi tenang.[4]
Mungkin tanpa adanya perkembangan sains, kita tidak akan
mempercayai semua yang tertulis dalam Al-Quran. Tapi dengan adanya teknologi
sekarang yang berkembang menyebutkan bahwa pada dasarnya bumi itu sendiri memiliki
lapisan-lapisan lagit yang berjumlah beberapa lapisan. Setiap lapisan-lapisan
itu sendiri mempunyai fungsi dan ketinggian yang berbeda satu sama lain. “Para
ilmuan menemukan bahwa atmosfer terdiri dari beberapa bagian. Lapisan-lapisan
tersebut berbeda dariciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan
yang terdekat dengan bumi disebut dengan troposfer. Ia membentuk sekitar 90%
dari keseluruhan massa atmosfer. Lapisan di atas troposfer stratosfer. Lapisan
ozon adalah bagian dari stratosfer di mana terjadi penyerapan sinar
ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut mesosfer. Termosfer berada di
atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan dalam termosfer yang
disebut ionosfer. Bagian terluar atmosfer bumi membentang dari sekitar 480 km
hingga 960 km. bagian ini dinamakan eksosfer.”[5]
Bab II Kekuasaan Allah Dalam Penciptaan Langit
Ayat
kedua yang menceritakan tentang alam semesta terdapat dalam surat Adz-Dzariyat
pada ayat 47. Allah berfirman:
“Dan
langit itu kami bangun dengan kekuasaan/ tangan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar meluaskannya”
Ayat ini juga menandakan bahwasanya Allah itu Maha Agung,
dan hanya milik Allah saja semua yang ada di langit dan di bumi. Kekuasaan
Allah yang Maha Luas itu dapat kita rasakan bila kita selaku muslim bisa
menyadarinya. Dengan selalu menambah wawasan agamanya dan terus belajar maka
kita tahu bahwa semua yang ada di sekitar kita adalah milik Allah, maka tidak
sepatutnya bagi manusia untuk menyombongkan dirinya. Semakin banyak yang
diketahui tentang kekuasaan Allah itu, bertambah pula kesadran bahwa ilmu yang
dimiliki manusia sangatlah terbatas.
Sebagian ulama, terutama ulama-ulama terdahulu memaknai kata
aydin dengan tangan yang sesungguhnya. Jadi Allah benar-benar memiliki
tangan secara hakiki. Adapun sebagian ulama yang lainnya, yaitu ulama-ulama
kontemporer memaknai kata tersebut dengan kekuasaan. Adapun yang mengartikannya
dengan tangan, maka hanya Allah saja yang mengetahui bagaimana tangan-Nya itu.[6]
Ayat diatas berbentuk kalimat nominal atau aljumlahismimiyah,
yang bertujuan li ta’kid wal istimrar dan itu mengindikasikan bahwa
proses yang dikemukakan pada ayat ini berlangsung secara terus menerus. Makna bana
yang tercantum pada ayat diatas, dalam konteks penciptaan langit
(as-sama’) dipergunakan oleh Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya yang lain dengan
makna: kekuatan, otoritas, kontrol. Jadi penciptaan langit / galaksi dilakukan
atau ditangani dengan control langsung dari Allah dengan system yang
berlangsung. Selanjutnya, ungkapan wa inna lamusiuna yang menggunakan ism
fail semakin memperbuat makana keberlangsungan proses penciptaan
galaksi-galaksi ini, dan lafal ini menunjukkan bahwa: galaksi / langit it
uterus menerus berkembang dan melakukan ekspansi. Hal tersebut sejalan dengan
sifat hukum singularitas alam semesta, yang telah diteliti oleh para ilmuan
akhir abad-20.[7]
Dengan dua ayat yang telah diungkapkan di atas, maka dapat
dibuktikan bahwa Al-Quran adalah kitab yang universal, yang tidak hanya berisi
tentang kaidah-kaidah agama saja. Dan yang paling penting adalah bahwa
kebenaran yang terdapat dalam Al-Quran, terutama tentang alam semesta dapat
dibuktikan dengan perkembangan sains.
Di dalam Al-Quran masih banyak ayat-ayat yang berkaitan
dengan penciptaan alam semesta. Di antaranya adalah surat Az-Zumar Allah
berfirman:”Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia
menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam[8].” Ayat ini berbicara tentang fungsi
langit dan bumi. Di dalam ayat yang lain Allah juga berfirman : :”Dan Kami
menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling
dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya[9].”Ayat ini berbicara juga tentang
fungsi langit bagi kehidupan manusia.
Dan masih banyak ayat-ayat lainnya yang tidak hanya
berbicara tentang penciptaan alam semesta, akan tetapi juga berbicara tentang
ilmu pengetahuan lainnya ataupun hal-hal yang berhubungan dengan sains. Maka
kita bisa menyatakan bahwa sesungguhnya Al-Quran ternyata kaya makna.
Kesimpulan
Al-Qur’an diturunkan pada masa Nabi Muhammad SAW atau 1400
tahun dari sekarang. Bisa dipastikan pada saat itu teknologi dan perkembanan
ilmu pengetahuan tidak sepesat sekarang. Pada jaman dulu, benda angkasa yang
paling jauh yang bisa dilihat oleh manusia di bumi hanyalah bintang, dan
bentuknya-pun hanya titik-titik kecil. Kalau dibandingkan dengan sekarang,
dengan menggunakan teknologi yang maju kita dapat menyaksikan kekuasaan Tuhan
yang Maha Besar. Kita, manusia itu sendiri merupakan satu titik kecil ditengah
angkasa raya yang sangat besar.
Bukti-bukti Al-Qur’an yang selama ini diketahui tidak
bersinggungan dengan ilmu-ilmu pengetahuan terutama astronomi. Seperti sudah
dipaparkan diatas tadi tentang ulasan-ulasan mengenai berbagai ayat-ayat
Al-Qur’an yang membahas tentang ilmu-ilmu astronomi yang mengindikasikan bahwa
Al-Qur’an itu sendiri bersifat universal dan selamanya. Hal ini dapat dilihat
dari ayat-ayat yang diturunkan pada masa Nabi Muhammad sampai masa sekarang
masih terbukti kebenarannya. Hal yang diutarakan 1400 tahun sebelum kita
ternyata masih terbukti sampai sekarang dan berjalan seiringan dengan ilmu
pengetahuan dan kalau kita menggunakan logika manusia biasa hal itu sungguh
sangat tidak masuk akal. Ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an itu bersifat
selamanya. Dan ini juga tidak menutup kemungkinan bahwa dengan semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan yang lebih maju lagi, bukti-bukti akan kebenaran
Al-Qur’an akan semakin terungkap. Wallahualam.
[1] Al-Qur’an Surat Al Baqarah 2;29
[2] Al-Qur’an Surat Al-Mulk 67; 14
[3] Al-Quran Surat Fushilat 41; 9-12
[4] Tafsir Ibnu Katsir Jilid I, (2004). Surabaya,
PT. Bina Ilmu, hal. 86-88
[5] General Science, 1985, hal. 319-322
[6] Tafsir Al Azhar Juz 27, Prof.Dr. Hamka, PT.
Pustaka Panjimas, Jakarta.
[7] Tafsir Ayat-ayat Sains dan social, Andi
Rosadisastra, Penerbit Amzah, 2007.
[8] Al-Quran surat Az-Zumar;39: 5
[9] Al-Quran surat Al-Anbiyaa;21:32
REFERENSI
- Al-Qur’an Surat Al Baqarah 2;29
- Al-Qur’an Surat Al-Mulk 67; 14
- Al-Quran Surat Fushilat 41; 9-12
- Tafsir Ibnu Katsir Jilid I, (2004). Surabaya, PT. Bina Ilmu, hal. 86-88
- General Science, 1985, hal. 319-322
- Tafsir Al Azhar Juz 27, Prof.Dr. Hamka, PT. Pustaka Panjimas, Jakarta.
- Tafsir Ayat-ayat Sains dan social, Andi Rosadisastra, Penerbit Amzah, 2007.
- Al-Quran surat Az-Zumar;39: 5
- Al-Quran surat Al-Anbiyaa;21:32