1.
Latar Belakang
Pertama, bahwa pembangunan Nasional kita yang
berhakekat bersasaran jangka panjang untuk membangun manusia Indonesia
seutuhnya dan membangun seluruh masyarakat Indonesia adalah strategi
pembangunan yang bersifat integralistik kolosal, meliputi segala bidang
kehidupan bangsa, termasuk kehidupan beragama.
Tuntutan agama Islam pada khususnya, sejak awal
penyebarannya di dunia ini telah mengajak dan mendorong umat manusia agar
bekerja keras mencari kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan akhirat
secara simultan. Antara etos kerja keras untuk duniawi dan ukhrawinya tidak
boleh dipisahkan, melainkan menjadi etos kerja yang terintegrasikan, yang satu
sama lain saling berkaitan secara kontinue, termasuk etos ilmiahyang mendorong
ke arah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Etos ilmiah dan kerja keras tersebut mendapatkan
dorongan motivasi dari dalam kandungan ayat-ayat kitab suci Alquran dan Sunah Nabi
saw.
Kedua, sumber motivasi dari Alquran. Jika kita
pelajari secara mendalam berbagai ayat kitab suci Alquran seperti yang
tercantum dalam surah Ali Imron, Surah Saba’, dan Surah Ar-Rahman, dan
sebagainya maka dapat kita temukan perintah atau ajakan Allah untuk berpikir
secara kritis, analitis, dan sintesis tentang ciptaan Allah di langit dan di
kawasan planet dengan kandungan isi kekayaannya. Berpikir atau memikirkan
tentang fenomena ciptaan Allah tersebut harus di barengi dengan zikir
kepada-Nya.
Adalah suatu bukti bahwa Alquran secara nyata
memberikan dorongan kepada manusia agar menganalisis dan mengembangkan ilmu dan
teknologi bangunan dari besi dan tembaga, serta teknologi transportasi yang
mampu berjalan dengan kecepatan tinggin yang sekarang diwujudkan menjadi kapal
terbang supersonik dan pesawat ruang angkasa dan sebagainya. Bahkan, Tuhan pun
telah mewujudkan bahwa teknologi mengatur ekosistem yang serba indah dan nyaman
bagi permukiman manusia, seperti yang pernah diciptakan oleh kaum Saba’dalam mengatur pertanaman di lingkungan pemukiman
mereka.
Ketiga, Pendidikan Islam yang tugas pokoknya menelaah
dan menganalisis serta mengembangkan pemikiran, informasi dan fakta-fakta
kependidikan yang sebangun dengan nilai-nilai ajaran Islam harus mampu
mengetengahkan perencanaan program-program dan kegiatan-kegiatan operasional
kependidikan terutama yang berkaitan dengan pengembangan dan pemanfaatan iptek
modern dalam bidang kehidupan sosial dan keagamaan umat. Strategi pendidikan
Islam dalam mengahadapi tantangan modernisasi berkat kemanjuan iptek itu
mencakup ruang lingkup sebagai berikut.
1.
Motivasi kreativitas anak didik ke
arah pengembangan iptek itu sendiri, di mana nilai-nilai islami menjadi
acuannya.
2.
Mendidik keterampilan memanfaatkan
produk iptek bagi kesejahteraan hidup umat manusia pada umumnya dan umat Islam
pada khususnya.
3.
Menciptakan jalinan yang kuat
antara ajaran agama dan iptek, dan hubungan yang akrab dengan para ilmuwan yang
memegang otoritas iptek dalam bidang
masing-masing.
4.
Menanamkan sikap dan wawasan yang
luas terhadap kehidupan masa depan umat manusia melalui kemampuan
menginterprestasikan ajaran agama dari sumber-sumbernya yang murni kontekstual
dengan masa depan kehidupan manusia.
2.
Perencanaan Program
Pendidikan Islam
Dalam merencanakan program ini kita perlu mengidentifikasi delapan
masalah pokok, yaitu sebagai berikut.
a.
Apakah ajaran Islam memberikan
ruang lingkup berfikir kreatif manusia dan sejauh mana ruang lingkup tersebut
diberikan kepada manusia.
b.
Potensi psikologis apa sajakah
yang menjadi sasaran pendidikan Islam terutama dalam kaitannya dengan kreativitas
yang berhubungan dengan perkembangan iptek.
c.
Bagaimanakah sistem dan metode
pendidikan yang tepat guna dalam proses pendidikan Islam yang kontekstual
dengan iptek tersebut.
d.
Keterampilan-keterampilan apa
sajakah yang diperlukan anak didik dalam mengelola dan memanfaatkan iptek
modern sehingga dapat menyejahterakan hidup umat manusia, khususnya umat Islam.
e.
Sampai seberapa jauh anak didik
diharapkan mempu mengendalikan dan
menangkal dampak-dampak negatif dari iptek terhadap nilai-nilai etika keagamaan
Islam dan nilai-nilai moral yang telah dan yang harus dimapankan dalam
kehidupan individual dan sosial.
f.
Sebaliknya, apakah nilai moral dan
sosial keagamaan mampu memberikan dampak positif terhadap kemanjuan iptek
modern tersebut.
g.
Kopetensi guru agama apakah yang
harus dimiliki sebagai hasil lembaga pendidikan profesional keguruan yang dapat
diandalkan untuk menghadapi modernitas umat berkat kemajuan iptek tersebut.
h.
Gagasan-gagasan baru apa sajakah
yang harus dirumuskan kembali dalam perencanaan pendidikan jangka panjang dan
pendek, yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum nasional pada sekolah umum
dan PTU, serta yang terkait dengan pendidikan pada perguruan agama-agama Islam
dalam semua jenjang.
Petunjuk dari sumber pokok
pendidikan Islam seperti telah diuraikan
di atas sedikit banyak memberikan inspirasi kepada kita bahwa secara
substansial, program pendidikan Islam perlu dijabarkan sesuai dengan identitas
Alquran dan Sunah
Nabi yang berorientasi kepada
hubungan tiga arah, yaitu:
a.
Berorientasi ke arah Tuhan pecipta
alam semesta;
b.
Berorientasi ke arah hubungan
dengan sesama manusia;
c.
Berorientasi ke arah bagaimana
pola hubungan manusia dengan alam sekitar dan dirinya sendiri harus
dikembangkan.
Orientasi hubungan dengan
alam sekitar dan diri manusia sendiri menjadi dasar pengembangan iptek,
sedangkan orientasi hubungan dengan Tuhan menjadi dasar pengembangan sikap
dedikasi dan moralitas yang menjiwai pengembangan iptek, orientasi hubungan
dengan sesama manusia menjadi dasar pengembangan hidup bermasyarakat yang berpolakan
atas kesinambungan, keserasian, serta keselarasan dengan nilai-nilai moralitas
yang menentramkan jiwa.
Sasaran psikologis yang
perlu di didik dan dikembangkan secara seimbang, serasi, dan selaras ialah
kemampuan kognitif yang berpusat di otak yang berupa kecerdasan akal; kemampuan
kognitif dan emosi atau afektif yang berpusat di dada, serta kemampuan yang
terletak di tangan untuk bekerja. Oleh karena Islam adalah agama rasio,
afektio, dan psikomotoris maka sasaran pendidikan Islam tak lain adalah tiga H
tersebut.
Dalam pengembangan iptek
terdapat dua kepentingan yang bertentangan antara kaum moralis idealis dan
agamis dengan kaum saintis dan teknolog. Di
satu pihak memegang teguh nilai kemanusiaan, dan di lain pihak berpegang pada
kebebasan dari nilai moral agama dan yang berorientasi pada komersialisme dan
keunggulan dominasi atas orang atau bangsa lain dalam artian politik.
Umat Islam dengan agamanya
yang mendorong kemajuan sangat berkepentingan untuk melibatkan diri dalam
kancah perbenturan nilai-nilai masa kini dan yang akan datang, yaitu
perbenturan nilai-nilai sekularistik yang bersifat relatif, dengan nilai
absolutisme dari Tuhan, yang kecenderungannya tradisionalistis, tidak boleh
berubah, terpengaruh oleh perubahan sosialkultural akibat dampak iptek itu.
3.
Menghadapi Tantangan
Dampak-Dampak Iptek Modern
Dalam sejarah peradaban Islam, dapat kita telaah
bahwa para ilmuwan muslim, para filsuf, para ulama, dan sebagainya memiliki
sikap positif terhadap ilmu dan teknologi yang nonislami, seperti yang berasal
dari Yunani, Perisa, dan sebagainya didasari dengan rasa optimisme sesuai
dengan ajaran Islam, para ilmuwan dan ulama masa itu secara antusias
mentrasnfer iptek dari luar yang kemudian dikembangkan menjadi iptek yang
islami. Mereka mampu mengislamkan iptek yang nonislami itu, berkat kecerdasan
dan daya kreativitas tinggi yang dimotivasi oleh ajaran Alquran serta daya
selektivitas terhadap jenis-jenis iptek dari luar, sehingga bentuk-bentuk iptek
yang membahayakan akidah keimanan, ditinggalkan oleh mereka, seperti dalam
filsafat yang bersifat hedonistik dan epikuristik dan bidang kesusasteraan yang penuh dengan khayal dan kesedihan.
Beberapa pakar iptek yang berpendapat bahwa alih
teknologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah, karen
science merupakan suatu proses dari sejumlah kegiatan formulasi, pembongkaran,
dan analisis hipotesis-hipotesis, aksioma, hukum-hukum, paradigma-paragdigma,
serta gambaran-gambaran konseptual.
Jadi sebelum dihasilkan prodk teknologi, lebih dahulu
diciptakan science yang bersifat teoritis, sedang teknologi merupakan
penerapannya.
Pada akhirnya strategi pendidikan Islam dalam
mengantisipasi kemajuan iptek modern, adalah terletak pada kemampuan
mengkonfigurasikan sistem nilai islami yang akomodatif terhadap aspirasi umat
Islam untuk berpacu dalam kompetisi bidang iptek di satu pihak, dan di lain
pihak kemampuan psikologis serta pedagogis yang berdaya kreatif untuk
mentransfer iptek modern itu sendiri. Inilah program minimal pendidikan islam
yang perlu kita rencanakan dan laksanakan saat ini.
4.
Metode-Metode, dan Tujuan
Pendidikan Islam
Metode menginterpretasikan dalil-dalil qat’I dan
dzanni dari kandungan Alquran perlu dipertajam pada perkembangan kreativitas
dan cara berfikir sistematik dan logik
serta universal dan radikal yang mengacu dan kontekstual kepada tuntutan hidup
modern masyarakat.
Sistem belajar mengajar inovatif dan kreatif perlu
digalakkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam pada khususnya dan dalam
kegiatan belajar mengajar agama di sekolah umum semua jenjang. Para ilmuwan muslim dalam bidang iptek khususnya, perlu
menjalin hubungan dakrab dengan guru-guru agama di lembaga pendidikan Islam
untuk berkomunikasi, memberika informasi tentang kemajuan iptek modern. Para ahli perencanaan kependidikan khususnya pendidikan
Islam perlu menformulasikan ke dalam bentuk kurikulum yang bersifat
komprehensif sejalan dengan tuntutan zaman
Dalam kaitan dengan dampak iptek yang cenderung ke
arah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan nilai itu mengandung
aspek positif atau negatif diukur dari rentangan nilai islami yang prinsipnya
terdiri dari lima
kriteria(wajib/halal, sunat, mubah, makruh, dan haram).
Sejalan dengan pola pikir di atas
maka tujuan pendidikan Islam masih perlu di rumuskan kembali berdasarkan atas
tuntutan modernitas umat dimana hubungan antara kepentingan modernisasi dengan
kepentingan kesejahteraan hidup duniawi-ukhrawi tergambar jelas.