Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sumber utama pendidikan Islam
sebagai disiplin ilmu adalah kitab suci Alquran dan sunah Rasulullah saw. serta
pendapat para sahabat dan ulama atau ilmuwan muslim sebagai tambahan.
Sebagai disiplin ilmu, pendidikan Islam bertugas pokok mengilmiahkan
wawasan atau pandangan tentang kependidikan yang terdapat di dalam
sumber-sumber pokok dengan bantuan dari pendapat para sahabat dan ulama atau
ilmuwan muslim.
Dunia ilmu pengetahuan yang akademik telah menetapkan norma-norma, syarat-syarat, dan kriteria-kriteria
oleh suatu ilmu yang ilmiah. Persyaratan keilmuan yang ditetapkan itu tampak
bersifat sekuler, dalam arti bahwa mengilmiahkan suatu pandangan atau konsep
dalam banyak seginya, yang melibatkan nilai-nilai ketuhanan berada di atas
nilai keilmiahan dan ilmu pengetahuan. Agama adalah wahyu Tuhan yang diturunkan
kepada umat manusia melalui rasul-rasuknya untuk dijadikan pedoman hidup yang
harus diyakini kebenarannya.
Ilmu pengetahuan pendidikan Islam pada khususnya tersusun dari
konsep-konsep dan teori-teori yang disistematisasikan menjadi suatu kebulatan
yang terdiri dari komponen-komponen yang satu sama lain saling berkaitan.
Sebagai suatu disiplin ilmu, pendidikan Islam merupakan sekumpulan
ide-ide dan konsep-konsep intelektual yang tersusun dan diperkuat melalui
pengalaman dan pengetahuan. Jadi, mengalami dan mengetahui merupakan pengokohan
awal dari konseptualisasi manusia yang berlanjut kepada terbentuknya ilmu
pengetahuan itu.
Dengan kata lain, ilmu pendidikan Islam harus bertumpu pada
gagasan-gagasan yang dialogis dengan pengalaman empiris yang terdiri atas fakta
atau informasi untuk diolah menjadi teori yang valid yang menjadi tempat
bepijaknya suatu ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan demikian, ilmu pendidikan
Islam dapat dibedakan antara ilmu pendidikan teoritis dan ilmu pengetahuan
praktis.
Pengetahuan kita tentang apa, bagaimana, dan sejauh mana pandangan Islam
tentang kependidikan yang bersumberkan Alquran, dapat kita jadikan bahan untuk
merumuskan konsepsi pendidikan Islam teoritis dan praktis yang
dilaksanakan(fleksibel) dalam lapangan operasional.
Ada tiga
komponen dasar yang harus dibahas dalam teori pendidikan Islam:
1.
Tujuan pendidikan Islam harus dirumuskan
dan ditetapkan secara jelas bagi seluruh umat Islam sehingga bersifat
universal. Tujuan pendidikan universal itu telah dirumuskan dalam Seminar
Pendidikan Islam se-Dunia di Islambad pada tahun 1980 yang disepakati oleh seluruh ulama ahli
pendidikan Islam di negara-negara Islam. Rumusan tersebut mencerminkan
adealitas Islami seperti terkandung dalam Alquran.
Sebagai esensinya tujuan pendidikan Islam yang sejalan dengan tuntutan
Alquran itu tidak lain adalah sikap penyerahan diri secara total kepada Allah
SWT.
Bagi umat Islam, Alquran adalah kriteria dasar yang dipakai untuk
menetapkan segala hal yang bercorak Islami.
2.
Metode Pendidikan Islam yang kita
ciptakan harus berfungsi secara efektif dalam proses pencapaian tujuan
pendidikan Islam itu. Komprehensivitas daripad tujjuan pendidikan itu harus
paralel dengan keanekaragaman metode, mulai dari metode verbalistik-simbolisme
sampai kepada berinteraksi langsung dengan situasi belajar mengajar.
Metode yang dipakai dalam proses pendidikan Islam bertumpu dalam
paedosentrisme. dimana kemampuan fitrah manusia dijadikan pusat proses
kependidikan. Metode islami atau Alqurani al-hikmah dan maukizhah al-hasanah
serta mujadalah yang paling baik, menuntut kepada pendidik untuk berorientasi
kepada educational needs dari anak didik, dimana faktor human nature yang
potensial tiap pribadi anak dijadikan sentrum proses kependidikan sampai kepada
batas maksimal perkembangannya.
3.
Irama gerak yang harmonis antara
metode dan tujuan pendidikan dalam proses akan mengalami vakum bila tanpa
kehadiran nilai atau ide. Secara prinsipal content yang diwujudkan sebagai
kurikulum, mengandung makna sebagai petunjuk(baik bagi guru maupun murid) ke
arah perkembangan kualitas hidup manusia sebagai khalifah di atas bumi, yang
memiliki kepribadian yang utuh dalam hidup mental-rohaniah(iman dan takwa) dan
material jasmaniah(kemampuan jasmaniah yang tinggi) yang seimbang dan serasi.
Konsepsi
Alquran tentang ilmu pengetahuan,
tidak membedakan-bedakan antara ilmu pengetahuan agama dan umum. Kedua jenis
ilmu pengetahuan itu merupakan kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan.
Klasifikasi ilmu pengetahuan yang ditetapkan oleh para filusuf seperti
al-Farabi, Ibnu Khaldun, dan Ibnu Sina menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan
Islam, baik paling eksternal sekalipun memiliki ciri sakral, selama itu setia
kepada prinsip-prinsip kewahyuan, karena semua ilmu pengetahuan bersumber dari
firman Allah SWT.
Al Farabi mengklasifikasikan ilmu pengetahuan
menjadi ilmu bahasa, ilmu logika, ilmu pengetahuan tingkat persiapan, ilmu
alam, metafisika, ilmu kemasyarakatan, beserta perincian masing-masing. Sedangkan Ibnu Kaldun
juga mengklasifikasikan sains islami itu menjadi sains filosofis beserta
perinciannya, dan sains yang ditransmisikan beserta perinciannya(berupa
ilmu-ilmu agama).
Dalam klasifikasi sains para ahli
pikir muslim di atas tidak dapat didiskriminasikan antara ilmu yang religius
dan ilmu sekuler, semuanya merupakan ilmu-ilmu yang wajib dipelajari oleh umat
Islam.
Pendidikan Islam saat ini masih
berada pada garis marjinal masyarakat, belum memegang peran sentral dalam
proses pembudayaan umat manusia dalam arti sepenuhnya. Untuk itu ilmu
pendidikan Islam yang menjadi pedoman operasionalisai pendidikan Islam perlu
dikembangkan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam dunia akademik,
yaitu sebagai beikut:
1.
Memiliki objek pembahasan yang
jelas dan khas pendidikan yang islami meskipun memerlukan ilmu penunjang dari
yang non islami.
2.
Mempunyai wawasan, pandangan,
asumsi, hipotesis serta teori dalam lingkup kependidikan yang islami yang
bersumberkan ajaran Islam.
3.
Memiliki metode analisis yang
relevan dengan kebutuhan perkembangan ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam,
beserta sistem pendekatan yang seirama dengan corak keislaman sebagai kultur
dan revilasi.
4.
Memiliki struktur keilmuan yang
sistematis mengandung totalitas yang tersusun dari komponen-komponen yang
saling mengembangkan satu sama lain dan menunjukkan kemandiriannya sebagai ilmu
yang bulat.
Oleh karena itu, suatu ilmu yang ilmiah harus bertumpu pada adanya teori-teori,
maka teori-teori pendidikan Islam juga harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1.
Teori harus menetapkan adanya
hubungan antara fakta yang ada.
2.
Teori harus mengembangkan sistem
klasifikasi dan struktur dari konsep-konsep, karena alam kita tidak menyediakan
sistem siap pakai untuk itu.
3.
Teori harus mengihtisarkan sebagai
fakta, kejadian-kejadian, oleh karenanya maka sebuah teori harus dapat
menjelaskan sejumlah besar fakta.
4.
Terori harus dapat meramalkan
fakta atau kejadian-kejadian karena tugas sebuah teori adalah meramalkan
kejadian-kejadian yang belum terjadi.
Yang menjadi permasalahan urgen bagi ilmu pendidikan Islam, yaitu sebagai
berikut:
1.
Bagaimana seharusnya pendidikan
Islam dapat menjawab tantangan kebutuhan kependidikan generasi muda bagi
kehidupannya di masa depan secara sistematis berencana, mengingat cirik khas
agama Islam adalah bersifat aspiratif dan kondusif kepada kebutuhan hidup
sesuai dengan human nature (fitrah).
2.
Bagaimana agar pendidikan Islam
mampu mendasari kehidupan generasi dengan iman dan takwa dan berilmu
pengetahuan yang sekaligus dapat memotivasi daya kreativitasnya dalam kegiatan
pengembangan dan pengamalan ilmu pengetahuan tersebut sejalan dengan tuntutan
Alquran.
3.
Bagaiman pendidikan Islam sebagai
disiplin ilmu dapat melestarikan dan menjauhkan tradisi dan budaya moral
Islamic-etnic dalam komunikasi sosial interpersonal dalam masyarakat yang
semakin industrial-teknologis.
4.
Bagaiman agar pendidikan Islam
tetap mampu berkembang dalam jalur input invironmental di lembaga pendidikan
dalam proses pencapaian tujuan akhir, baik dalam upaya membentuk pribadi,
maupun anggota masyarakat dan warga negara yang berkualitas baik.