Halaman

murniart.blogspot.com meleyani berbagai kerajinan krey dengan bahan baku bambu, kayu dan rotan Juga melayani karpet dan lain sebagainya segera hubungi murni art shop

STRATEGI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM UPAYA MENGANTISIPASI PERKEMBANGAN IPTEK


1.      Latar Belakang
Pertama, bahwa pembangunan Nasional kita yang berhakekat bersasaran jangka panjang untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya dan membangun seluruh masyarakat Indonesia adalah strategi pembangunan yang bersifat integralistik kolosal, meliputi segala bidang kehidupan bangsa, termasuk kehidupan beragama.
Tuntutan agama Islam pada khususnya, sejak awal penyebarannya di dunia ini telah mengajak dan mendorong umat manusia agar bekerja keras mencari kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan akhirat secara simultan. Antara etos kerja keras untuk duniawi dan ukhrawinya tidak boleh dipisahkan, melainkan menjadi etos kerja yang terintegrasikan, yang satu sama lain saling berkaitan secara kontinue, termasuk etos ilmiahyang mendorong ke arah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Etos ilmiah dan kerja keras tersebut mendapatkan dorongan motivasi dari dalam kandungan ayat-ayat kitab suci Alquran dan Sunah Nabi saw.
Kedua, sumber motivasi dari Alquran. Jika kita pelajari secara mendalam berbagai ayat kitab suci Alquran seperti yang tercantum dalam surah Ali Imron, Surah Saba’, dan Surah Ar-Rahman, dan sebagainya maka dapat kita temukan perintah atau ajakan Allah untuk berpikir secara kritis, analitis, dan sintesis tentang ciptaan Allah di langit dan di kawasan planet dengan kandungan isi kekayaannya. Berpikir atau memikirkan tentang fenomena ciptaan Allah tersebut harus di barengi dengan zikir kepada-Nya.
Adalah suatu bukti bahwa Alquran secara nyata memberikan dorongan kepada manusia agar menganalisis dan mengembangkan ilmu dan teknologi bangunan dari besi dan tembaga, serta teknologi transportasi yang mampu berjalan dengan kecepatan tinggin yang sekarang diwujudkan menjadi kapal terbang supersonik dan pesawat ruang angkasa dan sebagainya. Bahkan, Tuhan pun telah mewujudkan bahwa teknologi mengatur ekosistem yang serba indah dan nyaman bagi permukiman manusia, seperti yang pernah diciptakan oleh kaum Saba’dalam mengatur pertanaman di lingkungan pemukiman mereka.
Ketiga, Pendidikan Islam yang tugas pokoknya menelaah dan menganalisis serta mengembangkan pemikiran, informasi dan fakta-fakta kependidikan yang sebangun dengan nilai-nilai ajaran Islam harus mampu mengetengahkan perencanaan program-program dan kegiatan-kegiatan operasional kependidikan terutama yang berkaitan dengan pengembangan dan pemanfaatan iptek modern dalam bidang kehidupan sosial dan keagamaan umat. Strategi pendidikan Islam dalam mengahadapi tantangan modernisasi berkat kemanjuan iptek itu mencakup ruang lingkup sebagai berikut.
1.         Motivasi kreativitas anak didik ke arah pengembangan iptek itu sendiri, di mana nilai-nilai islami menjadi acuannya.
2.        Mendidik keterampilan memanfaatkan produk iptek bagi kesejahteraan hidup umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.
3.        Menciptakan jalinan yang kuat antara ajaran agama dan iptek, dan hubungan yang akrab dengan para ilmuwan yang memegang otoritas  iptek dalam bidang masing-masing.
4.        Menanamkan sikap dan wawasan yang luas terhadap kehidupan masa depan umat manusia melalui kemampuan menginterprestasikan ajaran agama dari sumber-sumbernya yang murni kontekstual dengan masa depan kehidupan manusia.

2.      Perencanaan Program Pendidikan Islam
Dalam merencanakan program ini kita perlu mengidentifikasi delapan masalah pokok, yaitu sebagai berikut.
a.              Apakah ajaran Islam memberikan ruang lingkup berfikir kreatif manusia dan sejauh mana ruang lingkup tersebut diberikan kepada manusia.
b.             Potensi psikologis apa sajakah yang menjadi sasaran pendidikan Islam terutama dalam kaitannya dengan kreativitas yang berhubungan dengan perkembangan iptek.
c.              Bagaimanakah sistem dan metode pendidikan yang tepat guna dalam proses pendidikan Islam yang kontekstual dengan iptek tersebut.
d.             Keterampilan-keterampilan apa sajakah yang diperlukan anak didik dalam mengelola dan memanfaatkan iptek modern sehingga dapat menyejahterakan hidup umat manusia, khususnya umat Islam.
e.              Sampai seberapa jauh anak didik diharapkan mempu mengendalikan  dan menangkal dampak-dampak negatif dari iptek terhadap nilai-nilai etika keagamaan Islam dan nilai-nilai moral yang telah dan yang harus dimapankan dalam kehidupan individual dan sosial.
f.              Sebaliknya, apakah nilai moral dan sosial keagamaan mampu memberikan dampak positif terhadap kemanjuan iptek modern tersebut.
g.             Kopetensi guru agama apakah yang harus dimiliki sebagai hasil lembaga pendidikan profesional keguruan yang dapat diandalkan untuk menghadapi modernitas umat berkat kemajuan iptek tersebut.
h.             Gagasan-gagasan baru apa sajakah yang harus dirumuskan kembali dalam perencanaan pendidikan jangka panjang dan pendek, yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum nasional pada sekolah umum dan PTU, serta yang terkait dengan pendidikan pada perguruan agama-agama Islam dalam semua jenjang.
Petunjuk dari sumber pokok pendidikan Islam seperti  telah diuraikan di atas sedikit banyak memberikan inspirasi kepada kita bahwa secara substansial, program pendidikan Islam perlu dijabarkan sesuai dengan identitas Alquran dan Sunah Nabi yang berorientasi kepada hubungan tiga arah, yaitu:
a.              Berorientasi ke arah Tuhan pecipta alam semesta;
b.             Berorientasi ke arah hubungan dengan sesama manusia;
c.              Berorientasi ke arah bagaimana pola hubungan manusia dengan alam sekitar dan dirinya sendiri harus dikembangkan.
Orientasi hubungan dengan alam sekitar dan diri manusia sendiri menjadi dasar pengembangan iptek, sedangkan orientasi hubungan dengan Tuhan menjadi dasar pengembangan sikap dedikasi dan moralitas yang menjiwai pengembangan iptek, orientasi hubungan dengan sesama manusia menjadi dasar pengembangan hidup bermasyarakat yang berpolakan atas kesinambungan, keserasian, serta keselarasan dengan nilai-nilai moralitas yang menentramkan jiwa.
Sasaran psikologis yang perlu di didik dan dikembangkan secara seimbang, serasi, dan selaras ialah kemampuan kognitif yang berpusat di otak yang berupa kecerdasan akal; kemampuan kognitif dan emosi atau afektif yang berpusat di dada, serta kemampuan yang terletak di tangan untuk bekerja. Oleh karena Islam adalah agama rasio, afektio, dan psikomotoris maka sasaran pendidikan Islam tak lain adalah tiga H tersebut.
Dalam pengembangan iptek terdapat dua kepentingan yang bertentangan antara kaum moralis idealis dan agamis dengan kaum saintis dan teknolog. Di satu pihak memegang teguh nilai kemanusiaan, dan di lain pihak berpegang pada kebebasan dari nilai moral agama dan yang berorientasi pada komersialisme dan keunggulan dominasi atas orang atau bangsa lain dalam artian politik.
Umat Islam dengan agamanya yang mendorong kemajuan sangat berkepentingan untuk melibatkan diri dalam kancah perbenturan nilai-nilai masa kini dan yang akan datang, yaitu perbenturan nilai-nilai sekularistik yang bersifat relatif, dengan nilai absolutisme dari Tuhan, yang kecenderungannya tradisionalistis, tidak boleh berubah, terpengaruh oleh perubahan sosialkultural akibat dampak iptek itu.

3.      Menghadapi Tantangan Dampak-Dampak Iptek Modern
Dalam sejarah peradaban Islam, dapat kita telaah bahwa para ilmuwan muslim, para filsuf, para ulama, dan sebagainya memiliki sikap positif terhadap ilmu dan teknologi yang nonislami, seperti yang berasal dari Yunani, Perisa, dan sebagainya didasari dengan rasa optimisme sesuai dengan ajaran Islam, para ilmuwan dan ulama masa itu secara antusias mentrasnfer iptek dari luar yang kemudian dikembangkan menjadi iptek yang islami. Mereka mampu mengislamkan iptek yang nonislami itu, berkat kecerdasan dan daya kreativitas tinggi yang dimotivasi oleh ajaran Alquran serta daya selektivitas terhadap jenis-jenis iptek dari luar, sehingga bentuk-bentuk iptek yang membahayakan akidah keimanan, ditinggalkan oleh mereka, seperti dalam filsafat yang bersifat hedonistik dan epikuristik dan bidang kesusasteraan  yang penuh dengan khayal dan kesedihan.
Beberapa pakar iptek yang berpendapat bahwa alih teknologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah, karen science merupakan suatu proses dari sejumlah kegiatan formulasi, pembongkaran, dan analisis hipotesis-hipotesis, aksioma, hukum-hukum, paradigma-paragdigma, serta gambaran-gambaran konseptual.
Jadi sebelum dihasilkan prodk teknologi, lebih dahulu diciptakan science yang bersifat teoritis, sedang teknologi merupakan penerapannya.
Pada akhirnya strategi pendidikan Islam dalam mengantisipasi kemajuan iptek modern, adalah terletak pada kemampuan mengkonfigurasikan sistem nilai islami yang akomodatif terhadap aspirasi umat Islam untuk berpacu dalam kompetisi bidang iptek di satu pihak, dan di lain pihak kemampuan psikologis serta pedagogis yang berdaya kreatif untuk mentransfer iptek modern itu sendiri. Inilah program minimal pendidikan islam yang perlu kita rencanakan dan laksanakan saat ini.

4.      Metode-Metode, dan Tujuan Pendidikan Islam
Metode menginterpretasikan dalil-dalil qat’I dan dzanni dari kandungan Alquran perlu dipertajam pada perkembangan kreativitas dan cara berfikir sistematik dan logik serta universal dan radikal yang mengacu dan kontekstual kepada tuntutan hidup modern masyarakat.
Sistem belajar mengajar inovatif dan kreatif perlu digalakkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam pada khususnya dan dalam kegiatan belajar mengajar agama di sekolah umum semua jenjang. Para ilmuwan muslim dalam bidang iptek khususnya, perlu menjalin hubungan dakrab dengan guru-guru agama di lembaga pendidikan Islam untuk berkomunikasi, memberika informasi tentang kemajuan iptek modern. Para ahli perencanaan kependidikan khususnya pendidikan Islam perlu menformulasikan ke dalam bentuk kurikulum yang bersifat komprehensif sejalan dengan tuntutan zaman
Dalam kaitan dengan dampak iptek yang cenderung ke arah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan nilai itu mengandung aspek positif atau negatif diukur dari rentangan nilai islami yang prinsipnya terdiri dari lima kriteria(wajib/halal, sunat, mubah, makruh, dan haram).
Sejalan dengan pola pikir di atas maka tujuan pendidikan Islam masih perlu di rumuskan kembali berdasarkan atas tuntutan modernitas umat dimana hubungan antara kepentingan modernisasi dengan kepentingan kesejahteraan hidup duniawi-ukhrawi tergambar jelas.