Halaman

murniart.blogspot.com meleyani berbagai kerajinan krey dengan bahan baku bambu, kayu dan rotan Juga melayani karpet dan lain sebagainya segera hubungi murni art shop

Ad-Dilalah dan Macam-Macamnya




Kalau kita naik sepeda dijalan raya, sampai di perempatan kita jumpai lampu berwarna merah, kuning dan hijau. Ketika lampu itu bersinar merah, kita mendapat pengertian dari lampu merah itu, bahwa kita harus berhenti. Suatu “Pengertian berhenti yang kita ambil dari tanda lampu merah itu dinamakan : DILALAH”. (دلالة)
Adapun sesuatu yang ditujukan itu (di sisi “berhenti”) dinamakan : “MADLUL” sedangkan sesuatu yang menunjukkan itu (di sini “warna merah”) dinamakan “DAALL”. Hal yang dapat menunjukkan pengertian itu dinamakan : “DILALAH”.

Pembagian ad-dilalah
ad-dilalah dibagi dua :
-          Dilalah lafdhiyah, yaitu dilalah yang ditimbulkan oleh suara atau perkataan.
-          Dilalah ghoiru lafdhilyah, yaitu dilalah yang ditimbulkan oleh tanda atau isyarat.

Dilalah lafdhiyah dibagi tiga:
  1. Tha’biyyah, yaitu dilalah dari gejala alami, seperti rintihan menunjukkan kesakitan.
  2. ‘aqliyyah, yakni dilalah yang sdari suatu suara. Umpamanya : kita bertamu kepada seorang teman, tapi rumahnya tertutup, kemudian kita mendengar dari dalam batuk-batuk seseorang dan dengan akal fikiran kita, kita tahu bahwa yang batuk-batuk itu teman kita. Jadi berarti batuk-batuk itu suara teman kita.
  3. Wadl’iyah, yaitu dilalah yang dibuat dan diistilahkan untuk sesuatu hal, seperti : kata “bemo” suatu kata secara istilah digunakan untuk nama kendaraan bermotor beroda tiga sebagimana yang pernah kita liat di jalan.


Dilalah ghoiru lafdhiyyah dibagi tiga :
  1. Thab’iyyah, yaitu segala gejala alami, contoh : merah muka seseorang menunjukkan rasa malu.
  2. ‘aqliyyah, yaitu secara akal dan fikiran, contoh : suatu ketika kita keluar dari ruangan, kemudian tak berapa lama kita masuk ke ruang itu lagi, dan ternyata kacamata kita pindah tempat dari semula, jadi kita mendapat pengertian/petunjuk menurut fikiran kita ada seseorang masuk ke ruangan tersebut dan memindahkan kacamata tadi selama kita keluar dari ruangan.
  3. Wadl’iyyahyakni secara dibuat dan diistilahkan, contoh : di jalan-jalan bendera dikibarkan setengah tiang, ini menunjukkan, bahwa ada seseorang pemimpin yang meninggal dunia, jadi memang dibuat dan dipakai bahwa mengibarkan bendera setengah tiang itu sebagai tanda berkabung karena meninggalnya seorang pemimpin/orang terkemuka.




Di dalam ilmu manthiq yang dibahas dan dipalajari ialah dilalah lafdhiyyah wad’iyyah.
Dilalah lafdhiyyah wad’iyyah dibagi tiga :
  1. Muthabiqiyah, yaitu dilalah lafdhiyyah yang menunjukkan pengertian secara keseluruhannya, seperti kata “rumah” menunjukkan sebuah bangunan rumah dengan segala bagian-bagianya (tiangnya, dindingnya, pintunya dan lain-lain) دلالة اللّفظ على تمام معناه =  penunjukkan lafal secara keseluruhan arti yang sempurna.
  2. Tadlommuniyyah, yakni dilalah lafdhiyyah yang menunjukkan bagiannya/hal yang terkandung oleh lafadh itu,umpamanya kata “rumah”, tetapi yang dimaksud hanya jendelanya saja. Contoh : ada orang berkata : “Pak Salim sedang memperbaiki rumah saya”. Yang dimaksud itu hanya jendela saja. دلالة اللّفظ على جزء معناه
  3.  Iltimaziyyah, yakni penunjukkan lafadh mengenai hal menjadi kelaziman lafadh itu, kelaziman mana yaitu yang tak dapat dipisahkan dari lafadh itu. Contoh : Si A sedang masuk ke rumah; perkataan rumah di sini ialah dapur (umpamanya), bukan rumah itu sendiri, tetapi sesuatu yang mesti ada pada rumah itu. Rumah tentu ada dapurnya.
دلالةاللفظ على ما وافقة : يدعونه دلالة الحطابقة
وجزئه تضمّنا ومالزم : فهو التزام ان بعقل التزم
(السلم المنورق)
“penunjukkan suatu lafadh mengenai sesuatu tepat, orang-orang ahli ilmu manthiq menamakannya : “dilalah muthobaqoh”.
Dan mengenai bagiannya dinamakan “tadhlommum”, sedang engenai sesuatu yang mesti ada padanya (kelazimannya), maka menurut fikiran adalah itu dinamakan : “iltizam”.